Rumah aqiqah latahzan bandung 081398911745
Cerita Cinta Zainab Binti Muhammad
Zainab yaitu putri tertua Rasulullah. Jadi anak tertua Zainab punya kebiasaan menolong dalam pekerjaan rumah tangga, seperti bersihkan tempat tinggal serta melindungi adik-adiknya. Sangking terbiasanya sang kakak melindungi serta menjaga adik-adiknya, buat adiknya Fathimah adik bungsunya berasumsi Zainab seperti ibu kecilnya. aqiqah di bandung
Saat Zainab memijak umur sembilan th., Zainab sudah dipinang oleh sepupunya sendiri Abul ‘Ash bin Rabi’. Abul 'Ash bin Rabi adalah putra saudara wanita Khadijah yang bernama Halah Binti Khuwalid. Rasulullah demikian senang dengan pinangan itu, hingga tidak demikian lama pernikahan juga dikerjakan. Dari pernikahannya dengan Abul ‘Ash mereka memiliki dua orang anak : Ali serta Umamah.
Sesudah berumah tangga, Zainab tinggal dengan Abul ‘Ash bin Rabi’ suaminya. Sampai disuatu saat, ketika suaminya pergi bekerja, Zainab berkunjung ke ibunya. Serta ia peroleh keluarganya sudah memperoleh satu karunia dengan diangkatnya, ayahnya, Muhammad jadi Nabi akhir zaman. Zainab dengarkan info mengenai Islam dari ibunya, Khadijah. Info ini buat hatinya lembut serta terima hidayah Islam. Serta keislamannya ini ia pegang dengan teguh, meskipun ia belum juga menjelaskan keislamannya pada suaminya, Abul ‘Ash.
Sedang Abul ‘Ash bin Rabi’ yaitu termasuk juga beberapa orang musyrik yang menyembah berhala. Pekerjaan setiap harinya yaitu jadi peniaga. Ia seringkali meninggalkan Zainab untuk kepentingan dagangnya. la telah mendengar mengenai pernyataan Muhammad jadi Nabi. Tetapi, ia tidak ketahui kalau istrinya, Zainab telah memeluk Islam.
Sepulangnya Abul Ash dari perjalanan dagang, Zainab selekasnya mengemukakan berita senang itu pada suaminya. Dengan penuh semangat ia bercerita semuanya yang berlangsung dengan keinginan juga akan buat suaminya tertarik serta masuk Islam. Walau demikian, sayang tawaran untuk masuk Islam dari istrinya itu ia tolak karna takut disebutkan oleh kaumnya kalau ia masuk Islam cuma karna menginginkan mencari keridhaan istrinya. Zainab juga bersedih, tetapi ia tetaplah berdoa supaya Allah Ta’ala juga akan buka hati suaminya untuk beriman disuatu waktu kelak. layanan aqiqah di bandung
Ujian serta Cobaan
Saat semakin keras serta kuat tantangan golongan Quraisy pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama pengikutnya, beberapa orang Quraisy menghasut Abul Ash serta berkata, “Ceraikanlah istrimu wahai Abul Ash! Pulangkan ia tempat tinggal ayahnya serta kami juga akan menikahkanmu dengan wanita mana saja yang engkau gemari dari wanita-wanita Quraisy yang paling baik. ” Karna demikian murni serta dalam cinta Abul Ash pada Zainab, jadi ia juga menjawab, “Demi Allah, saya akan tidak menceraikan istriku, saya tidak mau menggantinya dengan wanita mana saja didunia ini. ”
Di waktu bapak serta keluarganya diembargo, Zainab cuma dapat berdoa untuk keselamatan bapak, ibu, serta keluarga dan saudara-saudara seakidah. Saat juga berlalu, serta embargo juga usai, tetapi nyatanya datang musibah baru yang tidak kalah beratnya, yakni meninggal dunianya paman ayahnya, Abu Thalib, yang disusul dengan meninggal dunianya ibu yang begitu ia sayangi. Zainab juga dilanda kedukaan, ditambah sekali lagi suami terkasih belum luluh hatinya untuk beriman pada Allah serta Rasul-Nya.
Waktu itu negeri Mekah merasa sepi untuk Zainab. Ibundanya yang umum ia jenguk saat ini sudah tidak ada, sesaat ayahnya pindah ke Yatsrib dengan teman dekat karib beliau, Abu Bakar, lalu saudari-saudarinya juga menyusul kesana.
Perang besar pada golongan muslimin serta musyrikin juga berkecamuk di Badar, serta Abul Ash ada di barisan golongan musyrikin. Zainab menunggu berita dengan gundah gulana. Tidak sebagian lama berita juga datang, golongan muslimin memenangkan peperangan. Zainab terasa begitu bergembira juga akan kemenangan ayahnya, namun bagaimana dengan suaminya? Abul Ash seperti berita yang ia dengar sudah jadi tawanan golongan muslimin di Yatsrib.
Golongan muslimin memohon tebusan yang begitu mahal untuk beberapa tawanan. Keluarga Abul Ash yang kaya menginginkan menebusnya, namun Zainab menginginkan ia membayar tebusan untuk suaminya. Jadi diutuslah Amr bin Robi saudara lelaki Abu Ash ke Yatsrib. Sesampai disana ia menjumpai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sembari memberi seuntai kalung ia berkata, “Zainab mengutusku untuk kirim ini jadi tebusan untuk suaminya. ” Lihat kalung yang begitu beliau kenal, karenanya yaitu pemberian istrinya jadi hadiah di hari pernikahan Zainab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terasa tersentuh hatinya, lantas beliau berkata, “Maukah kalian membebaskan Abul Ash untuk dia (yakni Zainab) serta kembalikan tebusannya? ” Beberapa teman dekat juga menyepakati. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membebaskan Abul Ash dengan prasyarat ia mesti melepas Zainab serta mengembalikannya pada beliau, serta Abul Ash juga menyepakati keinginan itu. harga domba bandung
Setibanya di Mekah, Abul Ash mengemukakan apa sebagai perjanjian pada ia serta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Zainab. Mendengar berita itu Zainab terasa berat untuk berpisah dengan suaminya. Namun perintah Allah serta Rasul-Nya lebih diprioritaskan dari semuanya meskipun ia mesti mengorbankan cinta serta perasaannya.
Selang beberapa saat datanglah utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjemput Zainab. Pada akhirnya, dengan sedih Zainab memberi ucapan selamat tinggal pada suaminya, tetapi ia tetaplah mengharapkan mudah-mudahan Allah mempertemukan mereka kembali.
Berangkatlah Zainab yang tengah memiliki kandungan belum juga prima empat bln. ke Madinah dengan membawa sukai serta dukacita sebab perpisahan dengan bapak janin yang tengah dikandungnya.
Kedukaan belumlah terobati, Allah mentakdirkan kandungan Zainab mesti gugur sebab ia serta rombongannya dihadang oleh golongan musyrikin sebelumnya hingga di Madinah.
Pada akhirnya Zainab juga hingga di Madinah. Serta ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar narasi Zainab mengenai penyebabnya keguguran janin yang berada di kandungannya beliau juga mengutus gerilyawan serta berkata, “Jika kalian merasakan si fulan serta si fulan, dua orang lelaki dari golongan Quraisy, jadi bunuhlah. ”
Enam th. telah perpisahan Zainab serta suaminya berlalu, sampai disuatu waktu Abul Ash dengan kafilah dagang yang tengah dalam perjlanan pulang dari negeri Syam menuju Mekah melalui Madinah dihadang oleh pasukan gerilya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada akhirnya, kafilah dagang yang sejumlah kurang lebih 170 orang itu dengan onta-onta mereka yang menjangkau seratus ekor ditawan serta digiring ke Madinah. Walau demikian, Abul Ash bisa melepaskan diri. Ke manakah ia melarikan diri?
Dalam kegelapan malam, dengan sembunyi-sembunyi Abul Ash bin Rabi’ mendatangi tempat tinggal Zainab. Zainab juga terperanjat terima kehadirannya serta ia juga menyambutnya dengan baik dan memuliakannya. Saat Abul Ash bin Rabi memohon pada Zainab supaya ingin memberi perlindungan padanya, Zainab juga menyebutkan kesediaannya.
Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam serta beberapa sahabatnya melakukan shalat Shubuh terdengarlah nada Zainab berseru, “Wahai golongan muslimin, saya Zainab binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya sudah memberi perlindungan pada Abul Ash, jadi lindungilah ia! ” Saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam usai shalat, beliau ajukan pertanyaan pada beberapa teman dekat, “Apakah kalian mendengar apa yang saya dengar? ” Beberapa teman dekat menjawab, “Benar. ” Beliau lantas berkata, “Demi Allah, saya tidak paham sedikit juga mengenai itu hingga saya mendengar apa yang kalian dengar, sebenarnya semuanya umat muslim (hingga yang paling rendah tingkatannya juga) bisa memberi perlindungan. ”
Lalu beliau juga menjumpai Zainab untuk ketahui kebenaran berita itu, Zainab berkata, “Wahai Rasulullah, sebenarnya Abul Ash yaitu kerabat serta anak pamanku, dan anak-anakku, serta saya sudah memberi perlindungan padanya. ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Benar wahai putriku, muliakanlah tempatnya, serta jangan pernah ia terkait denganmu, sebenarnya engkau tidak halal baginya. ”
Lalu beberapa teman dekat kembalikan harta yang sudah mereka rampas itu pada Abul Ash. Serta saat Abul Ash akan pergi ke Mekah, ia berkata pada Zainab, “Mereka (yakni beberapa teman dekat) sudah tawarkan keapdaku untuk masuk Islam, namun saya menampik sembari kukatakan, ‘Sungguh jelek diriku mulai agama baruku dengan pengkhianatan. ’”
Mendengar ucapan paling akhir Abul Ash itu merasa berdebar jantung Zainab, seolah-olah ia lihat dibalik apa yang ia katakan ada sinar serta keinginan yang mudah-mudahan saja bisa menerangi hatinya yang masih tetap gelap dengan kekufuran.
Sesampai di Mekah Abul Ash memberi harta-harta yang diamanahkan padanya pada pemiliknya, lalu ia berseru, “Wahai golongan Quraisy, adakah diantara kalian yang hartanya belum juga saya kembalikan? ” Mereka menjawab, “Tidak ada, mudah-mudahan Allah membalasmu dengan kebaikan, kami sudah mendapatimu jadi orang yang memegang amanah serta mulia. ”
Lantas Abul Ash berkata, “Jika saya sudah kembalikan hak-hak kalian jadi saat ini saya bersaksi kalau tidak ada Ilah yang memiliki hak diibadahi terkecuali Allah serta Muhammad yaitu utusan Allah! Untuk Allah, tak ada yang menghalangiku untuk masuk Islam pada saat dengan Muhammad di Madinah terkecuali saya takut kalian menduga kalau saya menginginkan menelan harta kalian, namun sesudah saya kembalikan harta itu pada kalian, serta saat ini saya sudah melepas tanggunganku, jadi saya masuk Islam. ”
Berkumpul Kembali
Kemudian ia kembali sekali lagi ke Madinah untuk berkumpul kembali dengan Zainab yang sudah lama menantinya dengan sabar. Di Madinah ia diterima oleh golongan muslimin dengan senang, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembalikan Zainab padanya, serta mereka berkumpul serta menyatu kembali dalam kebahagiaan bahkan juga tambah baik dari mulanya karna kesempatan ini mereka dihimpun dalam agama tauhid. Tetapi kebahagiaan ini nyatanya tidak lama di nikmati berdua di banding masa susah serta penuh kesabaran yang mereka mesti lakoni. jual domba aqiqah
Saat berlalu tanpa ada merasa, genap satu tahun Zainab berkumpul kembali dengan suaminya. Zainab sang Mujahidah, wanita penyabar, serta tegar itu sudah kembali menghadap Sang Khaliq sesudah berjuang hadapi penyakit yang dideritakan sejak keguguran kandungannya di dalam pada sahara. Zainab wafat dalam umur relatif muda, 30 th., tetapi demikian dewasanya sikap serta ketabahannya yang pantas diteladani oleh beberapa remaja muslimah yang datang selanjutnya.
Kepergian Zainab meninggalkan Abul Ash seseorang diri kembali kenang masa-masa indah yang sudah mereka lalui dengan dalam sukai serta duka, cuma dua buah hati mereka Ali serta Umamah yang saat ini jadi pelipur lara.
Kedukaan juga menerpa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kepergian Zainab buat beliau begitu berduka serta bersedih, buat rasa sedih yang lama terkenang kembali yakni saat melepas kepergian istrinya, Khadijah serta putri keduanya, Ruqayyah. Beliau sempat bersabda mengenai Zainab, putri sulungnya ini, “Dia yaitu putri terbaikku, ia dilanda musibah dikarenakan olehku. ”
Sumber : kisahmuslim. com